Friday 23 February 2024

Mas Endang(マスエンダン)

Mas Endang(マスエンダン)

berdurasi sekitar satu jam tersebut berawal dari dua siswi sekolah menengah pertama yang bermain dan berenang di pantai di Pulau Kyuushu tengah terseret dan tenggelam ombak yang ganas. Kemudian, Endang Aripin (21), pemuda Indonesia yang tengah belajar praktek tentang penangkapan ikan laut milik Profektur Hyuga Miyazaki memberanikan menceburkan diri ke tengah laut untuk menolong dua siswi asal Jepang yang terseret ombak ganas.
Tak disangka, Endang tewas tersapu gelombang dan tenggelam pada hari itu juga (12/08/2007). Namun, dua siswi tersebut selamat. Kemudian, regu penyelamat kelautan Jepang berupaya mengangkat tubuh Endang dengan disaksikan puluhan warga Jepang yang menyaksikan di pinggir pantai.
Selain upaya pertolongan dari regu penyelamat, film tersebut memberi sejumlah kesaksian dari orang-orang terdekat Endang. Beberapa komentar tak hanya datang dari keluarganya di desa, namun rekan-rekan warga asli Jepang tempat Endang belajar menuturkan pengalaman manis semasa dia hidup. Dimata pengajar dan rekan-rekannya di Jepang, Endang Aripin kerap disanjung dan dipuji karena pekerjaannya yang disiplin, tidak bosan bekerja keras dan tidak mengenal batasan dalam bergaul.
Selain memutar film, ada pameran sejumlah foto kenangan, surat pribadi dari dua siswi Jepang untuk Endang, kekasihnya dan tulisan-tulisan artikel dari surat kabar Jepang yang memberitakan ‘perjuangan’ Endang
———————————————————-
terkait…
Keluarga Indonesia Pingsan Saksikan Pantai “Maut” Jepang
HYUGA, JEPANG–Tidak kuasa menahan haru yang mendalam, ibu kandung Endang Aripin, Ny. Saeni binti Cala jatuh pingsan setelah sebelumnya menangis histeris menyebut nama putranya yang tewas di pantai kota Hyuga Provinsi Miyazaki, Jepang yang telah merengut nyawa Endang Aripin.
Hal itu terjadi saat keluarga Endang Aripin diberi kesempatan mengunjungi lokasi pantai tempat putra kesayangan mereka tewas di pantai kota Hyuga, Provinsi Miyazaki, Jepang, Jumat petang.
Endang Aripin, adalah pekerja magang asal Indonesia yang tewas demi menyelamatkan dua remaja putri Jepang yang terseret arus laut pada Agustus 2007. Setelah menyelematkan kedua remaja putri itu, Endang justru terseret arus dan akhirnya meninggal. Jasadnya baru ditemukan dua hari kemudian.
Keharuan memang sangat terasa saat keempatnya, Wasji, (ayah Endang Aripin), isterinya, Nurwati dan Heru (keduanya anak) saat menginjakkan kaki mereka di pinggir pantai. Terlebih bagi Saeni dan Nurwati yang kerap menangis bila ditanya soal Endang Aripin.
Setelah siuman, Saeni bersama suami dan kedua anaknya yang ikut ke Jepang lantas bersama-sama memanjatkan doa untuk arwah almarhum dan kemudian melemparkan karangan bunga ke laut sebagai tanda ikhlas melepas kepergian Endang. Wasji (49) dan isterinya sebelumnya memang bersikukuh untuk melihat lokasi pantai yang telah merengut nyawa anaknya. Permintaan itu pun kemudian diluluskan pihak Jepang sehingga bisa menginjakkan kakinya di Miyazaki.
Usai melemparkan karangan bunga ke laut mereka pun merasakan hati mereka lebih lega.
“Sekarang saya lebih tenang dan bisa menerima kenyataan kehilangan anak kesayangan kami,” kata Saeni lirih.
Hal yang sama diulang Wasji saat melakukan jumpa pers. Ia juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada wartawan Jepang yang telah melakukan peliputan positif atas kematian Endang Aripin. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada warga Miyazaki dan orangtua angkat Endang Aripin yang telah merawat almarhum selama ini.
Namun keluarga Endang sempat menyayangkan ketika diberitahu tidak bisa bertemu dengan dua siswi SMP Jepang yang telah diselamatkan Endang itu. Kedua remaja putri itu dikabarkan masih trauma jika mendengar nama Endang Aripin karena dianggap sebagai penyebab kematian Endang Aripin.
Wasji juga mengatakan terima kasihnya atas penghargaan yang diterima keluarganya bahkan diberikan penghormatan sebagai pahlawan masyarakat Jepang sebagai martir dalam upacara khusus.
Kepergian putra kami, kata petani asal Cirebon itu, ternyata memberikan makna yang baik dan mulia bagi orang Jepang. Kepergian Endang diharapkan bisa lebih mempererat hubungan antara Indonesia dan Jepang.
Wasji yang terus mengenakan jaket warna hitam, terlihat sedih namun berusaha tegar, ketika berpamitan dengan para pejabat pemerintahan lokal, warga Jepang , dan juga keluarga Shimada yang telah menjadi orangtua angkat Endang Aripin sebelum bertolak menuju Tokyo.
Sementara itu, isterinya, Saeni, dan kedua anak mereka Nurwati dan Heru terus menundukkan kepalanya. Saeni bahkan kerap mengusap matanya yang memerah sambil terus menahan haru.
Jatuh pingsan
Sebelumnya, mereka berempat, dengan diantar pihak kepolisian Provinsi Miyazaki, diplomat KBRI Tokyo, serta keluarga angkat Endang Aripin pergi bersama-sama menuju lokasi pantai yang telah merengut nyawa putra kesayangan mereka.
Cuaca kota Hyuga mendung, dingin, dan hujan rintik-rintik, seperti menjadi saksi kepiluan hari keluarga asal Cirebon, Jawa Barat itu saat menjejakkan kakinya di patai kota Hyuga. Sesampainya di pantai, keempatnya berdiri berjejer menatap ke laut lepas. Wajah Wasji pun menegang dengan sorot mata lurus menatap laut, berusaha keras menahan kegalauan hatinya.
Namun sang isteri, Saeni, dan putri sulungnya Nurwati tidak kuasa menahan haru yang sudah menggunung di hati mereka sehingga menangis keras sambil menyebut nama Endang berulang kali. Sementara, sang ibu langsung jatuh pingsan sehingga membuat panik warga Jepang yang sejak pagi menemani mereka.
Beberapa orang segera membopong Saeni ke pinggir jalan untuk dirawat dengan diikuti Nurwati. Sedangkan Wasji dan putra bungsunya, tetap berdiri id pinggir pantai sambil menahan tangis.
Setelah beberapa lama, Saeni yang sudah siuman dengan dipapah Nurwati, kembali mendatangi pantai menemui suaminya. Sambil menggenggam karangan bunga di tangan masing-masing, keempatnya memanjatkan doa untuk arwah Endang. Setelah itu melemparkan karangan bunga tersebut ke laut disaksikan belasan wartawan lokal.
“Pergilah nak, kami rela kini,” ujar Saeni sambil menangis.
Usai acara di pantai, pihak kepolisian yang menjadi pengawal keluarga Wasji, mengantarkan keempatnya berkeliling kota Hyuga, mulai dari kediaman Endang tinggal, tempat almarhum bekerja hingga menemui kelompok nelayan yang sehari-hari menjadi rekan sekerja Endang.

No comments:

Post a Comment

お金 (okane) - money

  https://learnjapanesefromanativejapanese.blogspot.com/ 1. Today's Japanese words **Currency:** * お金 (okane) - money (general term) * 円...